Jumaat, 16 September 2011

Faham Dan Memahami

Ramai orang ingin difahami atau merasa sudah memahami orang lain. Yakin? Seorang sahabat mengatakan hal yang unik “Orang yang memahami kita adalah orang yang tidak faham dengan kita tapi tetap memahami kita.” Atau dalam bahasa percakapan biasa, lebih begini “Aku tah memahamimu, tapi aku paham.” Hm…, bingung?

Setiap orang tentu memiliki permasalahnnya sendiri, memiliki watak mereka sendiri. Acap kali hal-hal yang sangat kita suka itu kurang sesuai dengan orang lain. Misalkan kita suka naik gunung hingga tidak mandi berhari-hari. Orang lain mungkin berfikir “mengapa panjat gunung hingga sanggup tak mandi berhari-hari.. Aku tak paham betul dengan sikap mereka.” Nah, inilah orang-orang yang tidak paham dengan tingkah laku kita.

Apakah orang-orang itu adalah orang yang tidak memahami kita? Belum tentu. Kalau orang itu lantas meninggalkan kita karena merasa naik gunung itu aneh dan tidak sesuai dengan pribadi mereka, berarti orang-orang itu memang benar-benar tidak memahami kita. Tapi kalau orang itu enjoy-enjoy aja, tetap membiarkan kita naik gunung, dan tetap bertahan menjadi orang dekat kita walau tidak suka dengan aktivitas naik gunung, berarti dialah orang yang benar-benar memahami kita.

Contoh lain yang lebih simpel. Seorang istri yang tidak suka begadang tetap membiarkan suaminya nonton bola tengah malam. Bahkan bisa jadi dia rela menemani atau membuat camilan. Padahal dia tidak paham, apa serunya orang-orang mengejar bola dan setelah dapat bola malah ditendang jauh-jauh. See? Inilah orang yang tidak paham dengan kita tapi tetap memahami kita. Inilah orang yang benar-benar memahami kita karena mereka tidak akan mematikan karakter kita dan akan terus mendukung kita.

Mari kita menjadi orang yang memahami orang lain, yang tidak hanya bisa memarahi, menghujat, atau bahkan mematikan karakternya jika kita tak paham dengan diriny

Tiada ulasan: